Penalaran dalam Teori Akuntansi
Assalamualaikum wr.wb..
"PENALARAN"
Hai teman-teman setia yang suka membaca, J mmm.... mungkin ini adalah corat-coret teori akuntansi ku yang pertama yang
aku unggah di blog-ku ini. Di postingan pertamaku ini mungkin pembahasan yang
aku tulis disini sudah agak mendalam, tapi sebenarnya nggak juga sih. Hehe...gimana
sih? Ya..tepat sekali, pembahasan pertamaku disini adalah tentang penalaran (reasoning)
yeilehh pake istilah inggris juga J nggapapa yaah,, bukannya sok hehe,, tapi biar kalian yang membaca
juga bertambah kosakata dalam bahasa inggrisnya. Oke, sebelum panjang lebar aku
ngocehnya (ini baru awalan soalnya) hehehe, langsung aja yak kita belajar
bersama tentang apa sih itu sebenarnya penalaran??
Emmm,, mungkin kebanyakan dari kita sudah banyak yang mendengar istilah
penalaran ini, tapi mungkin juga kita belum memahaminya dengan benar. Ya,
istilah penalaran memang sangat familiar kita dengar, khususnya di kalangan
akademik. Penalaran adalah suatu proses logis dan sistematis untuk mencapai
suatu kebenaran ilmiah. Kemampuan bernalar yang baik tentu menjadi aspek yang
sangat penting ya guys dalam pengembangan suatu ilmu pengetahuan. Begitu
juga dalam pengembangan ilmu akuntansi juga sangat diperlukan proses penalaran
ini. Lantas apa saja yang menjadi unsur dalam penalaran itu sendiri? Oke,
unsur-unsur dalam penalaran ada tiga macam, yaitu asersi (assertion),
argumen (argument), dan keyakinan (believe). Wah, mulai mikir
berat nih dengan istilah baru,,,iya ngga guys?? Tapi aku yakin, istilah
yang menurut kalian adalah istilah baru adalah asersi, kalau istilah yang
lainnya pasti sudah sering kalian dengar. Kalau aku, memahami asersi itu
gampangannya adalah sebuah pernyataan. Pernyataan yang gimana nih? Ya, asersi
adalah pernyataan yang menyatakan bahwa sesuatu itu adalah benar dan
berdasarkan faktanya atau kenyataannya. Nah kalau pernyataan itu biasanya
dinyatakan dalam bentuk kalimat. Iya ngga guys? oke, biar mudah
memahaminya aku kasih contoh yaa,, heheh. “Semua mamalia berkembang biak dengan
cara melahirkan”. Itu merupakan asersi karena memang kenyataannya seperti itu
dan benar sesuai dengan realita. Lalu bagaimana dengan asersi di akuntansi? Oke
aku kasih contoh lagi ya,, heheh “Statemen aliran kas bermanfaat bagi
investor dan kreditor” setuju ngga dengan contoh itu?? Disini, asersi juga
ada macamnya lhoh.. wah jadi panjang nih pembahasan kita. Hehe,, macam-macam
asersi antara lain asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta. Secara singkat,
asumsi adalah asersi yang diyakini benar, meskipun orang tidak dapat
membuktikan kebenaran tersebut. Kalau hipotesis itu asersi yang belum diketahui
benar enggaknya, tetapi dapat diuji tuh kebenarannya, jadi hipotesis memiliki
kemungkinan salah juga. Nah, kalau pernyataan fakta adalah asersi yang memiliki
bukti kebenaran yang sangat kuat.
Oke.. lanjut ke unsur yang kedua yaitu keyakinan. Keyakinan adalah kemauan
untuk bersedia menerima bahwa asersi /pernyataan itu benar. Jadi bila ada
asersi, maka seseorang itu akan merasa bahwa asersi tersebut benar dan sangat
meyakinkan, atau juga sebaliknya. Bila asersi dapat dikatakan sebagai input (masukan)
dalam bernalar, maka keyakinan merupakan output (hasil) dalam bernalar. Nah
karena keyakinan tadi memiliki tingkatan dari sangat yakin hingga sangat
meragukan, maka disini juga ada faktor yang dapat mempengaruhi atau bahkan
mengubah tingkatan keyakinan seseorang terhadap suatu asersi itu sendiri guys.
sifat atau properitas keyakinan tersebut antara lain 1) keadabenaran
atau bahasa mudahnya bahwa asersi itu harus ada benarnya (plausibilitas), 2) bukan
pendapat jadi bahwa asersi itu bukan opini seseorang yang tidak berdasarkan
fakta, 3) bertingkat, yakni seperti yang sudah kusebutkan diatas bahwa
keyakinan itu ada tingkatannya, mulai dari sangat meragukan hingga sangat
meyakinkan, 4) berbias atau
gampangnya asersi itu tidak menimbulkan penafsiran ganda, 5) bermuatan nilai,
ini berarti harus ada isinya dan bukan omong kosong yah guys, 6) berkekuatan,
yakni tingkat kepercayaan seseorang pada asersi tadi, 7) veridikal, nah
sifat ini kalau yang kupahami adalah bahwa asersi itu sesuai nggak dengan
realita, kalau asersi nya aja nggak sesuai dengan realita maka sudah dipastikan
bahwa tingkat keyakinan seseorang terhadap asersi juga akan berubah (tingkat
keyakinannya menurun), dan sifat yang terakhir adalah 8) berketempaan,
nah ini berarti bahwa keyakinan itu dapat ditempa, atau mudah tidaknya
keyakinan itu diubah kalau ada iformasi baru yang relevan. Okee,, masih kuat
yah guys dengan pembahasan berikutnya. Hehehe,, unsur yang ketiga dari
penalaran adalah argumen. Iyaa,, argumen. Hehehe. Kalau kita sering mendengar
istilah argumen biasanya dulu di SMA juga ada jenis paragraf salah satunya
adalah paragraf argumentatif? Nah masih ingat dengan ciri-ciri paragraf
tersebut guys? ya tepat sekali, paragraf argumentatif biasanya disertai
dengan bukti. Oke sampai disini berarti argumen itu adalah sebagai bukti yang
mendukung keyakinan. Untuk memahami hal ini misalnya aku memisalkan gini. Misalnya
saja ada seseorang yang mengutarakan perasaan atau isi hatinya nya sama kamu. Apa
kamu langsung menerimanya dan kamu langsung yakin dengan pernyataan tersebut,
atau kamu berpikir dulu untuk melihat bukti-bukti yang menunjukkan sesuai
enggaknya dengan pernyataan yang telah dia utarakan? Heheehe, semoga bisa
memahami dengan permisalan tadi yah guys J J. Oke setelah menegetahui apa itu argumen,
jadi argumen juga ada jenis-jenisnya, antara lain argumen deduktif (penarikan
kesimpulan dari yang umum ke khusus), argumen induktif (dari hal yang khusus ke
yang umum atau disebut juga dengan generalisasi), kemudian ada juga argumen
dengan analogi (penarikan kesimpulan karena adanya kemiripan dari pola, fungsi,
dan hubungan dalam uatu asersi), selanjutnya nih guys ada juga argumen
sebab-akibat (hubungan kausalitas, yaitu misalnya ada variabel X menyebabkan
adanya variabel Y). Nah dalam akuntansi, biasanya digunakan penalaran induktif,
yakni dari pernyataan yang umum, kemudian menjadi teori terhadap gejala
akuntansi tertentu. Contohnya, ukuran perusahaan (hal umum) terhadap tingkat pegungkapan
sukarela, disini dapat diturunkan dari hal umum tersebut misalnya ukuran
perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya aset perusahaan, kemudian
berpengaruh tidak terhadap banyaknya engungkapan sukarela yang tidak
diwajibkan. Jadi begitu sodara-soadara sekalia, hehehe.
Nah kalau argumen itu kan biasanya disertai dengan bukti-bukti yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dalam kehidupan sehari-hari sering
sekali argumen yang lemah (sedikit buktinya) tetapi juga mampu meyakinkan orang
banyak (tapi tidak semua orang) sehingga mereka terbujuk dan mempercayai argume
tersebut? Iya nggak guys? bahkan mungkin kalian juga pernah mengalami
hal semacam ini, terdorong oleh bujuk rayu argumen yang belum tentu
kebenarannya, ini disebut sebagai kecohan (fallacy). Nah kecohan disini
dapat digunakan sebagai taktik karena ingin menangnya sendiri mungkin, atau
bahkan sebagai akal bulus. Selain kecohan, ada juga cara untuk mengajukan argumen
yang tidak valid lainnya yang disebut dengan stratagem. Stratagem ini biasabya
ilakukan dengan memengaruhi keyakinan seseorang dengan menggunakan argummen
yang tidak valid. Macam dari stratagem ini juga ada banyak lhoh guys. Antara
lain 1) persuasi tak langsung, ini biasanya terjadi di iklan-iklan suatu
produk. Aku kasih contoh yaa, hehe kalian pasti tidak asing dengan iklan ini, “Orang
Pintar, Minum T*l*k A*g*n” hehehe, iklan itu sangat bisa mepengaruhhi keyakinan
seseorang, jika seseorang itu ingin dikategorikan sebagai orang yang pintar,
maka orang itu harus minum produk tersebut, kemudia 2) mebidik orangnya,
ini biasanya dilakukan dengan menjatuhkan lawan bicara atau lawan berargumen
bukan menjatuhkan argumennya, 3) menyampingkan masalah, ini berarti
mengalihkan topik pembicaraan dengan topik yang lain, 4) misrepresentasi,
ini biasa disebut dengan memutarbalikkan fakta yahh guys, trs yang
selanjutnya 5) imbauan cacah, ini biasanya juga ada dalam iklan aku
kasih contoh lagi ya guys, hehehe biasanya strategem ini menyebut
seperti ini “9 dari 10 wanita di Indonesia menggunakan shampo merk X”,
6) imbauan autoritas, ini biasanya dibarengi dengan muatan politis yah guys,
7) imbauan tradisi, nah biasanya ini karena sudah terbiasa dengan
keadaan sehingga sulit untuk mengubah keyakinan, 8) dilema semu, yaitu
taktik atau trik seseorang untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan
argumen dengan menggolongkannya sebagai argumen yang sangat jelek dan lemah, 9)
imbauan emosi, ini juga merupakan stratagem yang sasarannya adalah hati
atau perasaan seseorang, dan bukan rasionalitas seseorang. Kemudian setelah
kecohan dan stratagem, ada juga yang disebut dengan salah nalar (reasoing
fallacy), seseorang yang melakukan penalaran, dapat juga teradi salah
nalar, karena penalar melakukan kesalahan dalam mengaplikasikan kaidah atau
aturan dalam penalaran. Hehehe, kjadi mungkin bisa dimaklumi ya guys
namanya juga manusia pasti melakukan kesalahan. Hehehe, salah nalar dapat
terjadi karena hal-hal berikut 1) menegaskan konsekuen (seharusnya adalah
menegaskan anteseden), 2) menyangkal antesenden (agar tidak terjadi salah
nalar, maka yang harus disangkal adalah konsekuen), 3) pentaksaan, ini terjadi
karena makna yang terkandung dalam premis meiliki makna yang berbeda dengan
premis lainnya, 4) perampatan lebih (aku lebih suka menyebutnya dengan
gneralisasi yang berlebihan), 5) parsialitas (menarik kesimpulan berdasarkan
sebaian saja, dan tidak melihat keseluruhannya), 6) pembuktian dengan analogi,
7) merancukan uruta kejadian sebab akibat, 8) menarik simpulan pasangan.
Oke guys, kita tiba di akhir pembahasan bab kita kali ini, yaitu aspek
manusia dalam penalaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sebagai penalar
juga memiliki kelemahan. Kelemahan manusia itu antara lain dapat menerima
penjelasan yang sederhana, tanpa melihat penjelasan yang lain, kemudian
kepentingan seorang manusia yang kadang sering mengalahkan nalar, kemudian
takut untuk menerima kenyataan baru yang sebenarnya, padahal ia mengetahuinya
atau diebut oleh Prof. Dr. Suwardjono sebagai sindroma tes klinis, dan aspek
manusia yang selanjutnya adalah mentalitas joko tingkir, yaitu menyembunyikan
apa yang sebenarnya valid, untuk semata-mata menghormati senior, keudian
merasionalkan daripada menalar, dan yang terakhir adalah persistensi atau
mempertahankan keyakinan tertentu karena kepentingan tertentu...
Oke guys, gimana nih...apa kalian terlalu sulit memahaminya tentang
penalaran ini??? Hehee J semoga tidak yaa,,, baiklah demikian
corat-coret catatan teori akuntansiku kali ini. Semoga bermanfaat yaaahhh, dan
menambah wawasan kalian semua,,, :) J J J senyum darikuu,,Wassalamualaikum.wr.wb
*Luluk Ayuning Tyas
Komentar
Posting Komentar